Beranda | Artikel
Bantahan Bagi Yang Mengingikari Nikmat Melihat Allah - Kitab Al-Ibanah
Jumat, 18 Agustus 2017

Bersama Pemateri :
Ustadz Muhammad Nur Ihsan

Bantahan Bagi Yang Mengingikari Nikmat Melihat Allah adalah rekaman kajian ilmiah yang membahas masalah aqidah ahlussunnah wal jamaah.  Kajian ini disampaikan oleh Ustadz Dr. Muhammad Nur Ihsan, M.A. dari kitab الإبانة عن أصول الديانة Al-Ibanah ‘an Ushul ad-Diyanah atau ada juga yang menyebutnya dengan al-Ibanah fi Ushul ad-Diyanah, karya seorang ulama besar yang bernama Syaikh Imam Abul Hasan Ali bin Ismail al-Asy’ari rahimahullah atau terkenal dengan sebutan Imam Abul Hasan al-Asy’ari rahimahullah.

Download juga pengajian sebelumnya: “Melihat Allah dengan Mata di Akhirat Kelak – Kitab Al-Ibanah

Kajian Tentang Bantahan Bagi Yang Mengingikari Nikmat Melihat Allah – Kitab Al-Ibanah

Nikmat paling utama yang Allah berikan bagi hamba-hambaNya di surga kelak adalah melihat Allah subhanahu wa ta’ala. Imam Abul Hasan al-Asy’ari rahimahullah menjelaskan nikmat yang mulia ini beserta dalil-dalilnya. Diwaktu yang sama, beliau membantah penta’wilan-penta’wilan atau ta’wil orang-orang Mu’tazilah yang mengingkari nikmat yang mulia ini.

Diantara dalil yang nyata dan jelas adalah pada Al-Qur’an surat Al-Qiyamah, Allah menjelaskan tentang nikmat yang mulia ini. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَّاضِرَةٌ ﴿٢٢﴾ إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌ ﴿٢٣﴾

Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Rabb mereka melihat.” (QS. Al-Qiyamah [75]: 23)

Yang dimaksud melihat disini adalah melihat dengan kedua mata. Kemudian setelah itu, Imam Abul Hasan al-Asy’ari rahimahullah membantah penta’wilan sebagian ahlul kalam dan secara khusus orang-orang Mu’tazilah atau yang mengikuti mereka. Orang Mu’tazilah mengatakan bahwa maksudnya bukan melihat Allah. Akan tetapi melihat pahala atau nikmat yang Allah berikan kepada orang yang beriman. Inilah manhaj mereka. Mereka berpersepsi yang negatif terlebih dahulu terhadap ayat-ayat atau sifat-sifat Allah kemudian mereka berusaha menta’wil sifat atau ayat tersebut. Seperti sebelumnya mereka menta’wil sifat tangan dengan kekuasaa. Mereka beralasan jika diyakini bahwa Allah memiliki tangan, berarti Allah sama dengan mahkluk. Itu menurut persepsi mereka yang sangat keliru.

Pernyataan tersebut dibantah oleh Imam Abul Hasan al-Asy’ari rahimahullah. Bahwa pahala Allah adalah selain Allah. Pahala Allah bukanlah Allah. Jadi tidak sama. Al-Qur’an tersebut sesuai dengan dzahirnya. Karena Allah subhanahu wa ta’ala berbicara dan Al-Qur’an adalah kalamullah ‘Azza wa Jalla. Maka dzahirnya Al-Qur’an itu sesuai dengan yang diinginkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Allah tidak akan mungkin berbicara atau menyampaikan hukum-hukumNya yang jelas dan nyata dalam bahasa arab, kemudian yang dimaksud bukan dzahir dari ayat tersebut. Lalu bagaimana seorang hamba akan memahami hal itu?

Maka merupakan aqidah ahli sunnah terutama dalam pembahasan asma’ wa sifat, bahwa Al-Qur’an itu kita imani sebagaimana dzahirnya. Kita tidak boleh mengeluarkan ayat tersebut dari dzahirnya. Kecuali dengan hujjah. Jika tidak ada hujjah, tetap ayat tersebut sesuai dengan hujjah.

Simak Penjelasan Lengkap dan Download MP3 Kajian Tentang Bantahan Bagi Yang Mengingikari Nikmat Melihat Allah – Kitab Al-Ibanah


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/30278-bantahan-bagi-yang-mengingikari-nikmat-melihat-allah-kitab-al-ibanah/